Pada tahun 1939 hijrah lah dari kampung Bukit Lah Kebayakan dua orang kakak beradik, yaitu Petue Djali dan Sungkitdin yang merupakan anak dari Abdurrahman. Abdurahman dan Abdurrahim adalah merupakan saudara kandung dan keterunan beliau yang menjadi cikal bakal penduduk kampung Pinangan, yang pada waktu itu disepakati diberi nama kampung Bata Kuli. Pemberian nama Bata Kuli dikarenakan di kampung ini untuk pertama kali dibuat batu bata dan inilah usaha batu bata yang pertama kali ada di Kabupaten Aceh Tengah. Oleh karena banyak warga kampung yang berkeja di pembuatan batu bata tersebut dan orang yang bekerja itu disebut kuli, maka dibuatlah nama kampung menjadi BATA KULI. Nama Bata Kuli sebagai nama kampung ini dimulai sejak tahun 1939 s/d 1943 dibawah pimpinan Sungkitdin dan merupakan kepala kampung pertama. Wilayah kerja pemerintah kampung Bata Kuli adalah meliputi sebelah timur jalan Simpang IV – Kebayakan, sebelah Barat Bukit Sama – Telege Atu, sebelah Utara dimulai dari jalan Datu Uyem terus ke Ujung Temetas dan sebelah selatan dimulai dari jembatan uluh kuning terus ke jalan Bireuen – Takengon. Kepemimpinan Sungkitdin berakhir pada tahun 1958. Daerah Wih Ni Kuli juga merupakan bagian daerah satelit dari kampung Pinangan.
Pada tahun 1943 – 1965 terjadi perubahan nama kampung Bata Kuli menjadi kampung KM 100, perubahan ini terjadi karena pada waktu itu dimulai pengukuran dan sekaligus pemberian patuk jalan, yang dimulai titik nol nya berada di kota Bireuen yang dilakukan oleh pemerintah dan secara kebetulan Kilometer 100 nya berada di kampung Bata Kuli. Selanjutnya para tokoh masyarakat kampung Bata Kuli sepakat merubah nama kampung Bata Kuli menjadi kampung KM 100.
Kemudian sejak tahun 1966 sampai sekarang terjadi lagi perubahan nama kampung, dari kampung KM 100 menjadi kampung Pinangan. Perubahan ini semata-mata hanya dikarenakan disekitar kampung KM 100 banyak terdapat tanaman pohon pinang + 2000 pohon. Namun seiring dengan pesatnya pertumbuhan warga masyarakat kampung Pinangan dan dibarengi juga semakin meningkatnya kebutuhan sarana ibadah beruba masjid.
?